Senin, 28 November 2011

Graffity


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, dunia seni tak lagi dipandang sebelah mata oleh
masyarakat awam. Oleh karena semakin kompleksnya kebudayaan dan adat istiadat masyarakat. Sehingga dunia seni pada perkembangannya makin mengalami perkembangan yang pesat. Dan selalu flexible menyesuaikan diri dengan derasnya arus peradaban manusia.
Salah satu bentuk flexibilitas seni adalah seni melukis atau mencored – cored dinding, yang selanjutnya kita sebut graffity. Pada asal mulanya graffity adalah bentuk apresiasi. Suatu perwujudan maksud seseorang atau kelompok yang dilukiskan di dinding. Dan yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Meskipun tak banyak pula pihak yang menuduh graffity adalah suatu ajang perusakan kota bahkan pencemaran estetika. Tapi tak ada salahnya apabila graffity di fungsikan sebagai salah satu keindahan seni. Merubah kota yang penat menjadi ceria.



1.2.Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari dibentuknya proposal ini adalah untuk
menyampaikan maksud graffity pada masyarakat. Merubah pandangan masyarakat terhadap dunia seni. Agar masyarakat tidak terpaku bahwa keindahan hanya terpaku pada seni yang klasik dan teratur.


Kami juga ingin mengingatkan kepada masyarakat bahwa segala sesuatu memiliki keindahannya sendiri. Sehingga graffity bukan lagi di anggap sebagai perusakan. Tetapi sebagai bentuk apresiasi seni dan masih layak untuk dihargai.



1.3.Ruang Lingkup
Proposal ini akan membahas tentang dari mana graffity berasal. Dan
mengapa seni mencorad – cored di dinding seperti itu bisa menglobal. Sehingga menyebabkannya memiliki dampak yang baik dan ataupun buruk bagi kebudayaan suatu daerah.
Tak lupa juga proposal ini menelusuri kehidupan di balik seni mencorad – cored dinding.



1.4.Kerangka Teori
1.4.1.Apa yang di sebut graffity?
1.4.2.Siapa yang membudayakan graffity pada masyarakat?
1.4.3.Kapan graffity menjadi salah salah satu bentuk apresiasi dan seni?
1.4.4.Mengapa kebanyakan masyarkat menolak akan adanya graffity?
1.4.5.Bagaimana perkembangan graffity selanjutnya?








1.5.Sumber Data
Pengambilan data-data pada proposal ini adalah mempelajari konsep
dan asal usul dari studi kepustakaan pada bidangnya. Selain itu, pengambilan data juga berasal dari studi lapangan.
Sebagian dari proposal ini adalah hasil argument pribadi dan hasil wawancara dari pihak - pihak yang bersangkutan.



1.6.Metode Penulisan
1.6.1.Menentukan tema.
1.6.2.Menyusun kerangka teori.
1.6.3.Melakukan studi kepustakaan.
1.6.4.Melakukan studi lapangan.
1.6.5.Melakukan pewawancaraan pada pihak – pihak yang bersangkutan.
1.6.6.Menyusun kesimpulan atas sumber – sumber data.
1.6.7.Menyusun proposal.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Graffity
Graffity (juga dieja graffity atau graffiti) adalah coretan-coretan pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu.
Alat yang digunakan pada masa kini biasanya cat semprot kaleng. Sebelum cat semprot tersedia, grafiti umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau kapur.

2.2.Asal – usul Graffity
Grafiti di Pompeii. Grafiti ini mengandung tulisan rakyat yang menggunakan bahasa Latin Rakyat dan bukan bahasa Latin Klasik.
Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.
Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.
Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidak puasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.
2.3.Perkembangan Graffity
Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan.
Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.
Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis. Yaitu gang grffity dan tagging graffity.


2.4.Graffity Sebagai Bentuk Apresiasi Seni
Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.
Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai. Ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali kariernya dari kegiatan grafiti.






0 komentar:

Posting Komentar